.........Welcome To My Blog,,,,
........This
blog provides information for friends on a true story, health, motivation, and much more,,,,,,
including course material though.............

Sabtu, 28 Februari 2015

Pantang Menyerah : Pelajaran dari Seorang yang buta,,,,



Malam ini (Sabtu, 28 Februari 2015), aku menemukan sebuah pengalaman yang tidak lazim aku dapati, hanya dari sebuah kisah-kisah heroik ataupun kisah dari zaman Rasulullah yang sering diangkat pada saat khatib berkhotbah. Tapi, kali ini aku sendiri mendapati orang yang hampir mirip dengan kisah yang sering diceritakan para khotib saat berkhotbah. Aku mendapati seorang yang buta mampir sholat di salah satu masjid depan tugu patung ayam (Jl. Perintis Kemerdekaan Km 16).
Saat Adzan berkumandang, ku putuskan untuk segera berbalik arah dan masuk ke dalam

Kenangan bersama Kucing kesayangan "Rico"



Malam ini, aku sempat menonton film rilisan tahun 2000, judulnya “My Dog Skip”. Film ini memang tergolong film untuk kalangan anak-anak tetapi aku juga menikmatinya. Film ini bercerita tetang seorang anak laki-laki berumur 9 tahun yang kurang akrab dengan dunia luar, hanya seorang lelaki tua yang lihai bermain besbol tapi harus berpisah karena mengikuti wajib militer di Prancis. Setelah ditinggal pergi kawan dewasanya, anak itu menjadi kesepian tanpa teman hingga tepat pada hari ulang tahunnya, keduaorangtua sang anak berinisiatif untuk memberikan kado hadiah berupa seekor anak anjing. Dari kado itulah membuat banyak perubahan pada diri anak tersebut, mulai mengenal lingkungan dan berteman dengan seorang perempuan yang juga memiliki hobi dengan anjing dan 3 orang kawan laki-laki yang sebaya dengannya serta dikenal dikalangan masyarakat sekitar.
Kisah dari film “My Dog Skip”, mengingatkanku pada masa kecilku. Sewaktu kecil aku juga perna memiliki seekor kucing. Sebenarnya dari dulu aku selalu bermimpi untuk memiliki seekor anjing lucu seperti pada film-film. Tapi, mimpi itu hanya tinggal mimpi yang tidak akan perna menjadi sebuah kenyataan karena anjing dalam agamaku memiliki najis mugholladhoh, semacam najis sangat berat yang disebabkan oleh air liurnya. Padahal aku sangat ingin bersahabat dengan anjing karena anjing memiliki ikatan yang kuat antara hewan tersebut dan pemiliknya. Contohnya saja anjing yang sudah melegenda dari negeri Matahari Terbit itu “Haciko”.
Aku memiliki kucing sewaktu masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Kucing melata itu dipungut oleh almarhum tanteku. Dia memberikanku kucing itu untuk dipelihara dan kuberikan nama “Rico”. Sebenarnya nama itu tidak cocok karena kucing itu merupakan kucing betina. Tapi, aku punya alasan khusus mengapa aku menamakannya “Rico”. Itu karena aku menonton filmnya Rano Karno tapi aku sudah lupa apa nama filmnya itu. Dalam film itu, Rano memainkan peran sebagai seorang komdan batalion dan ditempatkan di daerah pegunungan. Saat berpatroli di hutan Rano mendapati gubuk tua yang tidak lain adalah kandang sekaligus rumah bagi seorang anak remaja dengan kulit berwarna (hitam). Dikiranya anak itu musuh tapi ternyata anak itu salah satu korban yang masih tersisa dari keganasan pemberontak yang ditinggal mati oleh orangtuanya. Nama anak itu “Rico”. Aku sangat suka dengan filmnya makanya untuk mengenangnya aku namakan kucingku “Rico” sama seperti filmnya Rano, anak dan kucing itu sama ditemukan dalam kondisi yang kurang lebih sama nasibnya. Sejak saat itulah aku menamakan kucingku “Rico”.

Kamis, 05 Februari 2015

Koran Vs Pajak



Sekitar pukul 10.15 wita, dengan terburu-buru melangkahkan kaki menuju Gedung Pajak Makassar Pratama Utara. Aku mendapat mandat untuk melapor pajak salah satu orang yang belum lama kenal dengannya. Aku sudah membuat janji dengan konsultan pajak di kantor tersebut untuk menemuinya pada pukul 10.00 wita. Aku sedikit terlambat dari jadwal yang aku janjikan. Belum lagi kali ini, aku mendapat teguran dari sang security yang sedang jaga di salah satu pos keamanan karena salah parkir. Biasanya depan masjid yang berada di dalam gedung keuangan itu ramai oleh kendaraan roda dua parkir di depan halaman masjid tersebut. Tapi kali ini, aku juga merasa ada yang aneh karena tak satupun motor yang parkir selain motorku. Dengan perasaan jengkel dan merasa bersalah aku langsung kebut kendaraanku menuju tempat parkir khusus roda dua. 

Sewaktu hendak memarkir motor buntutku, aku melihat seorang remaja laki-laki sedang duduk disebuah teras gedung tersebut. Ditangannya terdapat beberapa tumpukan koran yang masih rapi dan mungkin belum banyak yang laku dijual olehnya. Aku berusaha untuk tidak memperhatikannya karena aku sendiri tak butuh koran. Lagipula, kalau aku butuh koran, aku hanya bilang pada salah satu rekanku yang kerja di salah satu oplah koran terbesar di kota ini (Makassar). Aku tak ada felling bahwa sewaktu aku berjalan ke pintu masuk gedung nanti aku akan menerima tawaran si remaja tersebut.

Aku berjalan dengan terburu-buru sambil menonton jam tanganku yang sengaja aku pakai secara terbalik. Aku melihatnya, aku ternyata telat 15 menit dari janji yang aku sepakati. Saat aku lewat di depan remaja penjual koran tadi, dia langsung menawariku koran. Tapi aku tak punya rencana untuk membeli jualan anak remaja itu. Aku bermaksud untuk menghilang secepatnya dengan alasan nanti belinya karena aku dalam keadaan terburu-buru.
 Anak itu mengatakan sesuatu, 

“belilah korannya kak, aku mau beli buku. Kalau kakak beli korannya aku bisa beli buku untuk adekku.”

Aku tidak tahu itu hanya alasan atau memang kenyataan. Tapi aku sangat tersentuh dengan alasan itu, aku langsung menanyakan berapa harga korannya. Tapi ternyata harga korannya 5.000 rupiah padahal harga yang sesungguhnya 3.500 rupiah. Memang riskan juga sih. Tak habis pikir aku, aku langsung membelinya karena kasihan juga jika memang alasannya itu benar. Aku kasi uang 10.000 rupiah tapi sebenarnya itu ung buat makan siangku hari ini. Aku bisa mengalihkan budget lain untuk hari ini.

“Uang kembaliannya ambil saja sekalian, yang jelasnya buat dibeliin buku.”
Di kota kadang kita dikelabui oleh alasan-alasan seperti anak remaja tadi, tapi kadang ada memang yang justru nyata bukan alasan yang dibuat-buat atau hanya alasan semata untuk mendapatkan belas kasihan orang lain. Tapi aku serahkan pada yang Maha Tahu saja, mau anak tadi berbohong atau jujur semua akan kembali padanya jua.