Banyak sekarang ini sekolompok orang dengan mengadakan
sebuah acara yang di dalam lingkungan masyarakat hanya dengan tujuan tertentu
tidak melihat dari aspek manfaatnya. Seperti halnya sekarang ini, berhubung
hari peringatan Israj Mi’raj yang beberapa hari yang lalu diperingati secara
nasional bahkan secara internasional dimanfaatkan sebagai moment cari muka bagi
para calon-calon wakil rakyat. Acara disetting sedemikian rupa dengan
menampilkan tujuan awal dari acara tersebut namun selalu diselipkan acara yang
sebenarnya tidak penting untuk dirangkapkan dengan acara utama tadi dengan
mengundang atau sengaja mendatangkan bakal calon tersebut. Kegiatan seperti
inilah yang marak terjadi sekarang ini dan digunakan sebagai kesempatan bagi
para calon wakil rakyat entah pemilu gebernur, walikota, bupati, legistif dan pemilu-pemilu
lainnya untuk menarik simpati masyarakat dengan alasan calon ini peduli rakyat.
Sebuah pertanyaan muncul apa mungkin kegiatan
itu sang bakal calon tersebutlah yang mendanai kegiatan itu dengan atas nama
lembaga tertentu..???
Bisa jadi iya, karena disetiap ada acara yang
bertajuk rohani atau acara perkumpulan lainnya para bakal calon selalu punya
waktu luang dengan menyempatkan diri hadiri dalam acara yang digelar. Padahal
sewaktu sudah terpilih menjadi pemimpin bulu matanya tak bakal perna kelihatan
lagi seperti dahulu di masyarakat. Alasan yang menguatkan juga dimana spanduk
acarapun terpampang gambar & nama bakal calon yang bersangkutan, di luar
tempat acara jangan dibilang lagi sudah seperti debu yang beterbangan
dimana-mana.
Politik macam ini mudah ditebak oleh masyarakat
yang mengerti tentang dunia perpolitikan dan bejatnya politik dengan melihat
kondisi yang riil di lingkungan masyarakat namun masyarakat awam dengan mudah
tertarik dan menarik kesimpulan bahwa para calon pemimpin ini bermasyarakat
walaupun pada akhirnya nanti ikut menyesal juga. Betul banyak realitasnya ini
di masyarakat. Mereka hanya melihat satu sisinya saja tidak mengerti apa yang
disuguhkan kepadanya berupa permintaan halus yang bisa menghilangkan rasa
curiganya apakah bakal calon apakah berkualitas atau tidak?? Mampu menjadi
pemimpin atau tidak?? Mampu mengatasi permasalahan yang kita hadapi atau
tidak?? Mampu bersikap baik, jujur, tanggungjawab atau tidak?? Hanya dengan
sebuah kotak yang berisi dua buah kue dan satu air gelas mineral serta tisyunya
sebagai pembersih. Sungguh rendahkah masyarakat yang seperti ini.
Ketika diberi pertanyaan bagaimana bakal calon
tadi??? Jawabannya pasti kompak, beliau baik dan mengerti rakyat bukan seperti
calon yang lain yang tidak perna datang ke kompleks kita, yang lain tidak pro
rakyat. Ditahun politik ini berbagai acara digelar dengan tujuan untuk
mensosialisasikan diri para bakal calon yang akan berlaga dipemilu 2014
nantinya. Mulai dari acara prasmanan, hakikah, pengantin, peringatan hari besar
agama-agama semarak diramaikan oleh para bakal calon. Spanduk-spanduk terpampang
disejumlah ruas jalan protokol seakan menjadi warna-warni tahun kampanye 2014
mendatang. Pohon-pohon yang berada disisi ruas jalan menjadi tempat memajang
spanduk bakal calon yang membuat pemandangan tidak etis di setiap sisi jalan. Mobil
bakal calon dihiasi dengan stiker-stiker yang memasang foto dan partai
pengusung menjadi ajang sosialisasi kepada masyarakat.
Warna-warni kampanye tahun 2014 mendatang
menegangkan diantara kalangan masyarakat yang masing-masing mempunyai
kepentingan dalam memberikan dukungan kepada bakal calon yang diusung dan
terkadang menimbulkan diskomunikasi dianatara masyarakat. Contohnya saja pada
pemilu tahun 2009 silang berbagai sudut pertentangan dalam lingkungan
masyarakat muncul mulai dari hal sepele hingga masuk kerana hukum. Sepertinya
juga pengadilan sudah siap siaga menerima pengaduan ketika pemilu usai karena
berbagai kasus mencuat yang melibatkan para calon yang lolos maupun yang gagal
dalam pemilu yang digelar. Tidak mau menerima kekalahan dalam sebuah kompetisi
menjadi bias yang menjadi awal dari munculnya sebuah kisruh politik dalam
lingkungan masyrakat. Tragedi pemilu 2009 silang sebenarnya menjadi ajang
pembelajaran bagi publik dalam menggalang dukungan dengan melakukan kompetisi
yang bersifat positif dan menjunjung tinggi kejujuran dan persaingan sehat.
Banyak tragedi yang malah melibatkan keluarga dekat sendiri sampai mengadukan
perkara ke meja hijau, apakah hal demikian ini malah mendatangkan rasa malu
didalam hirarkie keluarga???
Kasus pembongkaran rumah, makam, pemutusan
aliran air, pencaploakan tanah dan bangunan menjadi hal yang banyak bermunculan
di publik yang merenggut hubungan kelurga, persudaraan dan pertemanan. Saling
memandang miring dan lontaran kata-kata yang tidak senonoh serta saling sindir
pun menjadi pemandangan yang tidak seharusnya terjadi dalam lingkungan publik
hanya karena menjagokan masing-masing calon peserta yang bakal bersaing
dipemilu. Coba direnungkan ketika pemilu usai apakah calon tadi masih ingat
dengan anda? Sementara hubungan dengan keluarga anda tidak akan ada putusnya.
Mengapa mesti mengorbankan keluarga?
Tak usahlah terlalu menjiwai politik yang hanya
mengadu dombakan kehidupan anda. Perlu kita ketahui politik sekarang ini tidak
jauh beda bejatnya dengan para penjajah Belanda tempo dulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar