Sekitar jam 13.15 wita kejadian naas menimpaku, ketika pulang dengan riang bersama teman-teman dengan jalan kecil sambil bercanda ria, tiba-tiba jalanku terhentak sedikit dan perasaan bertanya-tanya, mungkin motorku dikempesin sama satpam itu,,,,??
Apa yang aku rasakan betul terjadi. Aku kira hanya ban belakang yang dikempesin tapi ternyata ban depanpun tak luput dari perbuatan satpam kampus yang beringas itu.
Sempat tak ada kata yang bisa keluar dari mulutku ini padahal tadinya sewaktu menuju tempat parkir pembicaraan kami bertiga Aku, Idam Syam dan Ardiansyah lancar sekali tak ada habisnya topik pembicaraan.
Kesal, emosi bercampur jadi satu sehingga dada in seperti sesak napas tiba-tiba, ian dan idam langsung mengajakku berangkat, Ayomi Nirwan kita pulang. Apa jawabku, duluan saja idam, ian Motorku kayaknya bermasalah sepertinya ban belakang kempes.
Pasti satpam itu yang kempesin itulah kataku. Memang ketika emosi seakan semua niat jahatpun bermunculan dibenakku pokoknya macam-macamlah. kuperiksa semua bekas sentuhan yang menguatkan bahwa betul itu memang perbuatan si satpam.
Tapi temanku yang dua ini tak mau pulang juga tanpa aku. iya, kalau begitu aku cari kompa buat nambah angin bannya soalnya kalau motor ini dibawa dalam keadaan kempes lumayan parah juga pasti ban dalamnya rusak bisa jadi menelan biaya yang tamba mahal lagi.
kepikiran pinjam pompa saja di pos satpam tapi rasanya semua Satpam yang sedang jaga hanya cuek melihat keadaanku yang panik mungkin emosi juga. dari beberapa pertanyaan yang kuajukan jawabnya tidak ada. itupun berulang-ulang dan menyalahkanku. Aku langsung mengelak, aku tak parkir macam-macam hanya disitu saja kok dikempesin padahal banyak motor juga parkir tak dikempesin. melihat tak ada respon yang positif aku langsung pergi dan dalam hati kutulis sebuah catatan "begini yah semua wajah-wajah satpam ingusan kampus poltek". ingin kuajak berkelahi pasti aku kalah, sambil kembali ke arah motorku dan kedua temanku yang setia menungguku.
teman, pulanglah...!!! ndag usah tunggu. mungkin butuh waktu yang lama jika kalian tidak pulang. maka pulanglah salah satu temanku ardiansyah dengan motor Suprax warna hitam miliknya. Tiba-tiba datanglagi Warma dan dian akhirnya kami bisa rame lagi nungguin astar yang bakal datang.
Perasaanku semakin menjadi-jadi setelah dua ekor satpam itu lewat dengan keangkuhannya dan mungkn menertawaiku dalam hati,,,,hahaha rasain motormu kempes. mungkin itulah andai-andai yang muncul dibenakku,,,mukanya serasa mengejek dan ingin memuntahkan kegembiraannya melihat penderitaanku.
tak lama kemudian satu ekor satpam lewat lansung aku hadang dengan tangan kiriku. tanpa basa-basi langsung keinti pertanyaannya. Kenapa motorku dikempesin, padahal cuman parkir disitu, tanyaku. tapi ternyata satpam itu serasa ingin memukul dengan raut muka yang seperti banteng kelaparan. he, motormu salah kenapa tidak parkir didalam, kalau mau komplein masuk ke PD 2, PD 2 yang suruh kempesin motor. memang tidak capek kalau itu diurusi setiap saat. langsung ku sergap jawabannya pak, tapi tadi parkiran full, lagipula itu lapangan basket yang biasa digunakan untuk parkir ditutup terus mau masuk susah juga pak, disamping itu motor kasian kepanasan. kalau begitu buka saja tanda larang yang disegel disana supaya bisa dijadikan parkir, jawabku. kalau mau parkir ke mesin saja itu parkirannya teduh. jawab satpam dengan beringasnya. dalam hati ku berbicara "dasar banteng".
Berselang waktu 15 menit lamanya dian dan warma minta izin masuk ke jurusan tinggallah aku dan idam di depan lapangan parkir sialan itu. tak lama kemudian astarpun datang.
Tar bantu aku belikan pompa entah dimana kayaknya di toko "Rumahku" ada beli saja nanti pompanya bisa dimanfaatkan juga.
tak pikir lagi itu uang berapa yang jelasnya harga diriku terinjak-injak oleh satpam itu.
pada hari ini kuberpikir bahwa betapa diperlukannya suatu kekuatan untuk melawan sistem yang begitu ketat sehingga tak mempertimbangkan awal dari suatu permusuhan. dari sinilah aku menulis sebuah catatan bahwa satpam beringas itu tak adil dengan perbuatannya yang hanya menyalahkanku.
tapi dari kejadian inilah aku mengambil kesimpulan bahwa tak adanya toleransi dalam hal apapun besar kecilnya kesalahan dari sebuah sistem yang ketat tapi adanya unsur ketidakadilan. mungkin bagi satpam tadi itu sudah cukup tapi bagiku ini belum selesai tapi ini baru permulaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar