Sekilas tentang masjid Al-Huda yang berlokasi
di kampung Kera-kera kecamatan Tamalanrea, Perintis Kemerdekaan km. 10
Makassar. Masjid tersebut memiliki dua lantai dengan luas sekitar 10x12 m2. Masjid ini memiliki arsitektur kuno dengan
kuba berbentuk segitiga. Di sudut utara masjid terdapat menara yang tingginya
sekitar 20 meter terbuat dari rangka besi sudah mulai berkarat dengan empat microphone yang dipasang disetiap ujung
menara tersebut . Disisi kanan bagian depan masjid terdapat tempat wudhu dan toilet kecil serta tempat untuk
menyimpan properti masjid seperti kursi, keranda mayat, dll. Bagian dinding
luar masjid diberi cat hijau sementara bagian dalam masjid diberi cat warna
putih buram dengan sedikit olesan warna hijau dan hitam untuk empat penjuru
bagian masjid tersebut.
Setiap hari masjid itu hanya diramaikan oleh
warga yang notabenenya penduduk setempat yang masih kental dengan bahasa daerah
Makassar. Rumah-rumah peduduk pun masih menyimpan budaya Makassar yang kebanyakan
terdiri dari rumah panggung yang berdiri kokoh tidak beraturan dengan rumah
lainnya. Para ibu-ibu dapat disaksikan dengan pakaian yang tidak pantas berdiri
di depan rumah mereka sewaktu kita menelusuri jalan menuju masjid Al-Huda. Para
ibu-ibu dengan asyik bergunjing dengan bahasa Makassar tanpa menghiraukan bunyi
adzan yang acap kali terdengar lantang dari imam masjid. Sementara para
laki-laki dewasa hanya sibuk mengurus kendaraannya atau mengelus-elus ayam
piaraannya.
Tapi semua itu tidak perlu dihiraukan karena
sebenarnya manusia berjalan pada prinsip hidupnya masing-masing. Mau sadar atau
tidak itu tergantung dirinya, karena setiap kali seorang ustadz memberikan
khutbah atau ceramah intinya hanya mengajak pada jalan yang benar tapi kadang
kita akui masih saja khilaf akan hal-hal yang merugikan .
Yang ingin saya ketengahkan pada kesempatan
ini adalah kelakuan imam masjid yang banyak menuai kritik daripada warga
terkhusus yang tinggal jauh dari lokasi masjid. Imam masjid Al-huda Kera-kera,
seorang yang berumur kira-kira 70 tahunan. Menurut pengakuannya pada suatu
kesempatan dirinya dulu mantan seorang preman di pasar Sentral Makassar. Imam
masjid (sebut saja beliau), acap kali membuat para jamaah mengeluh. Banyak yang
sudah memberikan penilai pada beliau tentang bagaimana dalam hal memimpin
sholat.
Ketika beliau memimpin sholat, pertama hal
yang saya akui dalam hal kecepatannya. Jamaah seakan-akan tidak ada waktu untuk
bernapas kemudian lanjut lagi pada gerakan sholat berikutnya. Disamping itu,
beliau tidak memberikan kesempatan pada jamaah untuk adzan dan lainnya
(Monopoli pahala). Semua dilakukan olehnya mulai dari adzan, iqamat, dan
memimpin sholat belum lagi jika ada kholtum setelah atau sebelum sholat.
Satu hal yang membuat saya dan para warga
pendatang yang tinggal di lokasi kampung Kera-kera, yaitu dalam hal adzan.
Masjid sudah memiliki jam yang memilki durasi waktu iqamat selama 10 menit
tetapi jam tersebut hanyalah pembuangan anggaran yang tidak ada manfaatnya.
Mengapa? Karena tidak diperuntukkan pada fungsinya, jam tersebut memiliki settingan dengan durasi 10 menit untuk
memberikan waktu pada jamaah untuk sholat sunat atau pada jamaah yang baru
dalam perjalanan menuju masjid. Tetapi beliau hanya mengikuti kehendak yang ada
pada dirinya atau memang tidak mengerti akan benda itu.
Dari beberapa masjid yang sempat saya dengar
suara adzannya, masjid Al-huda Kera-kera lah juaranya, juara adzan, juara
iqamah, juara sholat. Masjid lain baru adzan, masjid Al-huda sudah iqamah,
masjid lain iqamah, masjid Al-huda sudah selesai pelaksaan sholatnya.
Biasanya saya mendapati masjid memiliki
durasi waktu pelaksanaan sholat min 10 menit. Di masjid Al-huda, anda akan
mendapati durasi waktu yang kurang dari itu. Pada malam ini (Senin, 11 Agustus
2014), saya mengambil sampel waktu pada pelaksanaan sholat Isya dengan rincian
waktu sebagai berikut:
Adzan = 02;35;50, adzan-iqamah= 03;35;91
(masjid lain iqamah 10 menit pas), sholat = 06;27;75. Anda bisa melihat durasi
waktu yang digunakan untuk setiap waktu sholat. Hebatkan? Seandainya ada academy award kategory imam dan masjid
tercepat dalam waktu pelaksanaan sholat, saya yakin masjid Al-huda akan meraih
penghargaan tersebut.
Untuk itu, saya ingin mengajak pembaca,
kira-kira saran seperti apa yang cocok untuk diusulkan kepada imam masjid
Al-Huda agar bisa memperbaiki hal tersebut yang sudah berlarut-larut karena
saya yakin segala kekurangan pasti ada jalan untuk memperbaikinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar