Kemarin baru-baru
diadakan tes SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) yang
diadakan oleh tiga Universitas negeri terbesar di kota Makassar yakni
Universitas Hasanuddin (UNHAS), Universitas Negeri Makassar (UNM), dan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UIN-Alauddin). Setiap tes membuat
para peserta harus memiliki mental yang kuat untuk berani menerima kenyataan
karena kenyataan kadang bertolak belakang dengan realitas. Hasil yang
diharapkan kadang tidak semujur dengan apa yang kita bayangkan. Tentu kita
harus optimis dan yakin bahwa hasil yang bakalan diperoleh akan memuaskan
tetapi tidak cukup rasa optimis yang perlu ditumbuhkan karena dunia memiliki
lintasan sosial yang berbeda dengan zaman dulu.
Ok,
tidak usaha terlalu panjang lebar untuk menguraikan satu per satu hal tentang
optimis atau pesimisnya seseorang mengenai hasil dari tes yang dilakukan karena
kadang seorang yang sudah cukup optimis dan yakin lulus dari tes yang dilakukan
tetapi realitanya harus rela menelan pil pahit akibat kegagalan. Kadang, justru
yang pesimislah yang realita yang diperolehnya berpihak pada kenyataan yang
menggembirakan. Seperti itulah sandiwara dunia menurut sang pujangga.
Berbicara
mengenai tes SBMPTN, empat tahun yang lalu saya juga perna merasa hal yang
sama. Dari beberapa tes masuk perguruan tinggi negeri yang saya ikuti hasilnya
nihil dan membuat saya stress berat menerima kenyataan pahit. Mulanya dari
kegagalan mengikuti tes yang saya ikuti pada program jalur undangan dari UNHAS
akibat informasi yang minim dari sekolah dan universitas membuat saya harus
ikhlas dalam menyikapi kenyataan pahit itu. Ditambah pada saat tes di UNM untuk
tes UMPTN (sekarang SBMPTN). Kebetulan waktu itu, saya lagi memilih jurusan
Akuntansi pada opsi pertama dan Geografi diopsi kedua. Sekitar satu bulan
setelah tes tertulis dan keluar hasilnya ternyata saya gagal, akhirnya saya
mesti menelan pil pahit lagi akibat kegagalan tes.
Saat-saat
yang paling membingungkan itu adalah ketika memilih opsi dari masukan orang
lain. Banyak orang yang mengusulkan ini-itu, tetapi takutnya gagal lagi. Saya
mencoba peruntungan untuk mencoba mengikuti tes STAN (Sekolah Tinggi
Administrasi Negara) dengan memilih opsi pertama D1 bea cukai dan opsi kedua D3
Perpajakan. Sebenarnya waktu itu, saya hanya memilih opsi dan tes apa adanya
karena memang dari awal saya punya niat tetapi saya pesimis untuk lolos karena
kata orang sudah main juga di dalam. Ternyata hasilnya memang nihil, kegagalan
terulang kembali. Jika dihitung dari awal saya sudah gagal tiga kali, saya
mulai patah semangat. Apa kata orang nanti jika saya belum bisa lulus tes masuk
perguruan tinggi negeri, rasa malu sudah mulai merasuk dalam benak dan kala itu
tidak ada lagi pilihan untuk memilih tempat kuliah selain perguruan tinggi
swasta.
Akibat
dari kegagalan yang saya terima dari tes-tes sebelumnya membuat pikiran-pikiran
negatif merasuki jiwa. Kadang saya berpikir untuk bunuh diri, mengendarai motor
dengan kecepatan tinggi dan menabrakkan diri pada kendaraan lain, dan hal-hal
lain yang merusak. Jiwa anak SMA mungkin begitulah, masih labil kata kebanyakan
orang yang sudah merasa dewasa. Pikiran tidak menentu memang iya, sampai
orang-orang yang merasa ganjil melihatku membuatnya menyembunyikan semua benda-benda
seperti pisau yang dapat melukai diri. Kadang saya berpikir, hal seperti inilah
yang membuat banyak orang untuk mengakhiri hidup dengan tragis jika stress yang
dialami tidak bisa diredam oleh hal yang bermanfaat dan minimnya keimanan
seseorang.
Merasa
sudah cukup untuk strees, saya ingin mencoba peruntungan lagi. Waktu itu saya
berniat, jika memang aku gagal lagi pada
tes ini maka saya ikhlas untuk kuliah di perguruan tinggi swasta. Kali ini saya
masih punya kesempatan untuk tes di perguruan tinggi negeri berkat informasi
dari tetangga di kota yang mengabarkan bahwa PNUP (Politeknik Negeri
UjungPandang) baru melakukan penjaringan mahasiswa baru tahun ajaran 2010-2011.
Selama saya mengikuti tes, saya optimis lulus karena saya bisa mengerjakan soal
dengan baik. Dan hasilnya Alhamdulillah memuaskan, ternyata saya berjodoh
dengan PNUP. Senyum bahagia yang sudah lama hilang kini tergambar kembali dan
keluarga merasa bahagia semua.
Dari
beberapa kegagalan yang saya perna alami sebelum positif untuk tercatat sebagai
mahasiswa disalah satu perguruan tinggi negeri di kota Makassar, amat stres
memang bagi orang yang masih belum jelas statusnya dimana akan bertengger untuk
menggenyam pendidikan lanjutan. Sebaik-baiknya perguruan swasta tetapi masih
lebih baik untuk mengenyam pendidikan di perguruan negeri. Harapan orang saya
rasa begitu semua. Apa yang saya rasakan dulu, juga dirasakan oleh teman-teman
yang sedang galau menunggu hasil tes SBMPTN. Saya harap hasil yang anda terima
memuaskan dan sukses diterima di perguruan tinggi kesayangan anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar