.........Welcome To My Blog,,,, ........Thisblogprovides informationfor friendsona true story,health,motivation,and much more,,,,,, includingcourse materialthough.............
Jumat, 25 April 2014
Semoga engkau tentang disana
Tak ada yang bisa lari
dari-Nya, semua yang bernyawa pasti akan merasakan yang namanya kematian.
Kepergianmu wahai tante sekaligus ibu buatku terlalu cepat, belum ada waktu
untuk membalas semua kebaikan yang engkau beri, kini engkau telah kembali
padaNya, kepangkuan sang Ilahi Rabbi.
Saya masih ingat sewaktu
kita berangkat 3 tahun yang lalu menuju Makassar mengantarku mencari tempat
kuliah. Sebuah pengorbanan yang begitu besar dalam dirimu, tulus dan ikhlas. Perjalanan
yang begitu banyak rintangan. Aku ingin engkau mengingatnya,
Sehari sebelum berangkat,
aku mendengar kabar bahwa aku tidak lulus tes masuk UMPTN di UNM, aku begitu stress bahkan sampai
kehilangan akal sehat waktu itu, tetapi engkau punya banyak ide, memberiku
motivasi dan kata ynag sempat aku ingat sekarang,”akko mo pa’rissi nyahamu
anak, lohe ji tampa’ pa’kulaian, mintara lampaki naung ri mangkasara, ku
urangko, gelea muliang ampa geleko tolong a kuliah.” [tidak usah bersedih nak,
masih banyak tempat kuliah, besok kita ke Makassar, saya akan mengantarmu dan
saya tidak akan pulang sebelum mendapatkanmu tempat kuliah]. Aku mulai bangkit
dan berusaha bahwasanya ada dukungan yang kuat dari tanteku (mamaku ini). Paginya, kita berangkat
bersama. Cuaca untuk penyeberangan kapal (fery) sedikit terganggu. Kita
menunggu berjam-jam lamanya untuk sebelum meninggalkan pelabuhan. Aku ingat
waktu itu, kita mulai meninggalkan pelabuhan sekitar jam 16.00 wita dan tak
lama kemudian kapal memutar haluan kembali kepelabuhan karena ada penumpang yan pingsan. Tante waktu itu sempat kesal
karena aku darimu dan kebanyakan jalan diatas kapal.
Tante mungkin masih ingat
sewaktu bus yang kita tumpangi dua kali bannya bocor, bus tua yang sudah usang
lagi. Aku ingat sekali kita masuk terminal Mallengkeri pas adzan subuh. Aku
lihat tante begitu lelah dan capek. Tetapi tante masih kuat dan malah lebih
kuat dari aku.
Tante juga mungkin masih
ingat sewaktu kita naik becak terus kesasar di jalan veteran? Aku harap tante
masih ingat. Tante bilang waktu itu sama daeng becaknya “ke jembatan
bawakaraeng, tetapi daeng becaknya malah mengantar kita ke perumahan
bawakaraeng,” aku masih ingat tante. Itu hal lucu yang menyelimuti perjalanan
kita dipagi yang terasa melelahkan.
Kalau aku tak salah ingat
tante, kita membawa 2 tas pakaian, 1 dos dan 1 keranjang yang berisi jeruk yang
masih hijau, sedikit kecut tetapi terasa manis dilidah. Mungkin karena aku
sudah terasa lapar tetapi tante memilih untuk tidak makan jeruknya dengan
alasan masih kenyang.
Tante, aku harap engkau
tidak marah kepada yang begitu menyusahkanmu. Setelah kita tiba di rumah tante
mala di sudiang engkau bukannya istirahat malah menelepon kesana-kemari
menanyakan kepada keluarga yang lain dimana ada tempat kuliah yang masih buka
pendaftaran. Aku ingat betul tante, setelah mendengar kabar dari om UNM masih
buka pendaftaran untuk test lokal. Tanpa basa basi tante memintaku untuk
langsung ke rumah om di toddopuli untuk pergi mengecek infonya di kampus UNM.
Waktu itu, kita naik angkot (pete-pete).
Aku ingat tante, pendaftaran
yang dibuka di UNM tidak terlalu menarik bagiku, tante bilang masih ada katanya
di poltek. Tante memintaku untuk mendaftar di poltek yang pas hari terakhir,
aku ingat betul hari terakhir pendaftarannya bertepatan dengan hari rabu, hari
minggunya langsung test tertulis dan hari rabu berikutnya pengumuman. Namaku
terpampang dikoran berada diurutan ke-9 “Nirwan Suparwan jurusan akuntansi
prodi Akuntansi Manajerial,” aku yang seharusnya merasa bahagia tetapi
kabahagiaan itu terasa milik tante, tante malah memeluk semua orang-orang di
rumah mungkin saking bahagianya sambil memegang koran yang memuat pengumuman
itu.
Tante waktu itu berjanji tak
akan pulang kampung sampai aku mendapat tempat kuliah. Betul apa katamu tante,
engkau pulang hari minggu dua hari setelah aku menyelesaikan pendaftaran
ulangku di poltek hari jumatnya.
Tante, aku tak akan
melupakan kisah kebersamaan kita, engkau banyak berkorban demi aku sementara
aku tak tahu apa yang sudah perna aku berikan padamu. Aku berjanji ingin
membahagiakanmu setelah aku sudah kerja nanti. Itulah yang selalu aku katakan
padamu. Engkau berkorban seperti ibu kandungku, engkau perna berkata padaku,
“aku tak punya anak yang bisa mendo’akanku ketika aku tlah tiada, aku tak punya
anak yang akan mengunjungi pusaraku ketika aku disana.”
Aku menjawabnya, akulah anak
itu. Akulah yang akan mengirimkanmu do’a setiap aku mendirikan sholat, akulah
ynag akan mengunjungi pusaramu. Aku sudah berjanji wahai tanteku. Aku tahu
engkau berharap padaku sama ketika aku berharap kiriman uang darimu semasa
hidupmu.
Engkau perna berkata padaku,
engkau ingin sekali menunaikan ibadah haji, mengunjungi rumah Allah. Aku
menjawabnya, aku akan berusaha untuk memberangkatkanmu menunaikan ibadah haji
saat aku sudah kerja nanti. Engkau sangat bahagia mendengar jawabannya itu
sampai engkau memelukku erat. Air mataku selalu terurai jika mengingat hal ini
ternyata engkau sudah tiada untuk selamanya. Ada banyak kegiatan-kegiatan yang
menawarkan hadiah aku ikuti, yang aku buru bukannya hadiah utama tetapi yang
aku buru hanyalah hadiah umrah, siapa tahu undianku naik dan aku bisa
memberangkatkan umrah tanteku. Tetapi Allah masih belum menjawab do’aku dan
harapannya tanteku.
Tante, insyaallah tahun ini
aku akan menyelesaikan kuliahku di poltek, aku akan berusaha keras untuk
menyelesaikannya. Aku akan merasa sedih saat aku diwisuda nanti, aku sudah
membuat rencana engkau akan mendampingiku tetapi walaupun engkau sudah tiada
aku ingin engkau bahagia melihatku berdiri memegang hasil yang aku raih, itu
berkat jasamu tante yang banyak membantu ayah dan ibu hingga aku bisa meraih
keberhasilan itu.
Aku ingin sekali
mengantarkanmu duakali masyahadat saat akhir katamu tante, aku merasa berdosa
tak bisa menunggumu dijemput oleh malaikat izrail. Aku juga tidak sempat hadir
di acara pemakamanmu, tetapi aku berusaha memenuhi janjiku untuk mengirimkanmu
do’a setiap aku mendirikan sholat dan akan mengunjungi pusaramu sesuai apa yang
aku katakan padamu semasa hidupmu bahwa akulah anak yang engkau inginkan.
Nasihat-nasihatmu akan aku jadikan sebagai pedoman dalam hidupku, ilmu yang
engkau ajarkan baik itu ilmu agama maupun ilmu dunia akan aku amalkan. Sebelum
aku mengakhiri tulisan ini, aku sangat bangga padamu tanteku, aku sering
mencuri waktu mendirikan Tahajjud dan Dhuha, itu berkat ajaranmu sewaktu aku
masih kecil, engkau memberikanku sebuah hadiah buku tuntunan sholat lengkap dan
mengajarkanku sholat ini yang tentunya engkau tak perna absen untuk
melaksanakan kedua sholat ini. Aku berdo’a pada Allah semoga alaman-amalanmu
diterima semua disisNYa. Amin Ya Rabbal alamin.
“Aku akan selalu mengingatmu,
berusaha mengingat senyuman dan raut mukamu wahai tante
Tidak ada komentar:
Posting Komentar