Ditinggal oleh orang yang sangat berarti
dalam hidup ini memang sangat memilukan. Beliau adalah tante sekaligus ibu yang
berpengaruh dalam hidupku. Kini, beliau sudah terbaring dalam tidur panjangnya menghadap
panggilan Ilahi Rabbi. Tepatnya sembilan bulan yang lalu, disaat aku sibuk
untuk mengurus kuliah beliau berpulang ke Rahmatullah tanpa kehadiranku
disisinya. Aku sangat terpukul atas kejadian itu, dilema, disaat aku tidak bisa
meninggalkan rutinitas yang begitu memaksaku untuk mendahulukan urusan kampus,
beliau kembali ke alam yang dahulu beliau berasal tanpa aku hadir dalam acara
pemakamannya. Aku adalah anak dari sekian banyak kemanakannya yang paling
disayang tapi aku tidak bisa berdiri menghaturkan do’a dibibir liang
lahat tempat peristirahatannya yang terakhir, sungguh sangat memilukan.
Kenangan bersama tentu akan sirna
termakan waktu. Tapi ada satu hal yang akan kuingat sepanjang kehidupanku yaitu
skripsiku. Dihari kepergian beliau untuk selamanya, aku menemukan judul
skripsi. Kemudian judul tersebut aku konsultasikan dengan seorang dosen yang belum perna
aku kenal sebelumnya dan alhamdulillah judul itu diterima dan mengantarkanku
menggapai gelar sarjanaku. Pada hari ini (Kamis, 06 Nopember 2014) aku larut
dalam kesedihan. Sudah beberapa hari dalam sujudku menghadap Allah, aku meminta
sesuatu hal yaitu bertemu dengan beliau walaupun itu hanya dalam mimpi. Tapi,
baru pada kesempatan ini aku diizinkan olehNYa.
Aku terjaga dari tidurku, aku masih ingin
bercerita dengannya tapi waktu yang begitu terbatas membuatku harus mengakhiri
semuanya. Aku melihat wajahnya cerah, berpakaian hijau tua seperti pakaian yang
beliau jahit semasa hidupnya. Sepertinya kali ini adalah pertemuan yang tak
disangka-sangka. Semasa hidupnya, beliau sangat cinta pada bunga, dan kali ini
aku seperti berada disebuah taman yang indah dipenuhi bunga tapi bunga itu
seperti butuh air. Aku berusaha menyiramnya dengan bersemangat, sewaktu aku
menyiramnya aku mengingat wajah beliau dan ternyata beliau ada disekitaran
taman itu. Taman itu sangat rapi, indah, dan memiliki lantai yang disemen
sedemikian rupa hingga aku merasa betah menginjakkan kaki ditempat itu.
Tiba pada saat terakhir, aku memasuki sebuah
gudang, tidak tahu kenapa ingatanku teralihkan pada diri beliau. Aku seperti
berada disebuat tempat yang belum perna aku lihat tapi seakan-akan aku sudah
mengenal ruangan-ruangan ditempat itu. Aku memasuki sebuah ruangan kecil
layaknya sebuah gudang dan aku ingat betul bahwasanya aku perna meletakkan
sebuah foto. Aku mendapati foto itu, dan aku ingin menganggalkannya dari
bingkai berwarna biru dan dilindungi oleh kaca. Aku berusaha membuka bingkai
itu dengan pelan-pelan agar foto itu tidak tetap utuh. Tetapi, foto itu akan
rusak jika aku berusaha untuk meleasnya dari bingkai dan tidak mugkin aku
mengambil foto itu harus bersama bingkainya. Aku sangat bingung dan kemudian
aku langsung mengingat beliau bahwasanya orang yang ada difoto itu semua sudah
tiada. Aku melihat nenek dan beliau tersenyum dalam foto itu. Tak tahan dengan
pemandagan itu, aku langsung larut dalam tangis kemudian ada beberapa orang
yang berada di taman tadi masuk ke ruangan itu. Tapi belum sempat aku mengenali
siapa-siapa yang ada di belakangku, mimpi itu telah usah. Aku sudah sadarkan
diri dan cepat aku mengucapkan shalawat atas Nabi.
Ada satu hal yang mungkin kali ini beliau
datang lewat mimpi. Beberapa hari lagi ceremony
wisudaku akan diadakan. Aku belum menerima kejelasan dari ibu dan ayah atas
kehadirannya nanti diacara itu. Mungkin beliau merasa seandainya beliau masih
ada di dunia ini, beliaulah orang pertama yang akan hadir. Pada pertemuan
terakhir dengan beliau, sempat terucap darinya “pada wisudamu nanti, ayah dan
ibumu yang akan mendampingimu, karena tante sudah mendampingi kakakmu sewaktu
wisuda. Ayahmu harus harus hadir karena sewaktu kakakmu, ayahmu berhalangan.”
Ternyata itu adalah kata terakhir yang diucapkan kepadaku, dan benar adanya
beliau sudah tidak bisa lagi hadir karena sudah berada di alam yang berbeda.
Dan sampai saat ini, aku belum tahu ayah akan hadir. Makanya, lewat mimpi ini
beliau datang mengingatkan agar aku tidak seceroboh dengan pikiranku sampai
tidak mengikuti ceremony wisuda itu.
Beberapa hari yang lalu, aku memang sempat untuk tidak mendaftar wisuda
lantaran belum ada kejelasan dari ayah dan ibu untuk bersedia hadir pada ceremony itu.
Mimpi ini adalah suatu pesan darinya,
bahwasanya mungkin..! Walaupun berbeda alam, beliau akan melihatku di alam sana
disemangatkan gelar sarjana itu. Gelar sarjanaku tidak lain adalah campur
tangan beliau. Beliaulah yang sangat aktif memberiku biaya, nasehat,
mengizinkanku untuk tinggal dikos-kosan, bersusah payah mengantarku ke kota
untuk mengejar sarjana ini sampai ada kisah yang membuatku merenung jauh saat
kami berdua berangkat ke kota. Aku memang sudah berjanji untuk membahagiakannya
bersama ibu dan ayah tapi Allah lebih sayang kepada beliau. Kepergiannya
secepat itu tidak akan memupuskan langkahku menuju apa yang kuinginkan. Aku
akan berusaha untuk membalas jasa-jasanya walaupun itu tidak dirasakan secara
langung olehnya di sana. Aku ingin agar pahala kebaikan yang aku kerjakan bisa
juga dinikmati oleh beliau berkat ajaran-ajarannya semasa hidupnya. Dalam
hadist Nabi, tersirat bahwa ada tiga amalan yang pahalanya terus mengalir
walaupun si pulan itu sudah tiada yaitu ilmu yang bermanfaat, sedekah jariah,
dan anak sholeh yang mendo’akan kedua orangtuanya. Aku yakin tiga hal di atas
masuk dalam kategori yang dilakukan oleh beliau semasa hidupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar